04 September 2012

Sial Apa Mujur

Sebenarnya ini adalah cerpen (iya dari tugas sekolah lagi) Asli lho saya yang NULIS (jadi maaf kalau jelek) hahaha .... xD xD Cerpen ini dibuat dengan pengalaman nyata temen SD ku dulu, kasihan dia. Waktu itu kelas 5 aku masih dibandung. Namanya ghesa udah lupa, sebentar Fajar Reno Viali, sori2 !!! tapi saya tambahin adegan2 cinta gitu, ya soalnya dituntut gitu sih ama pak ANAK2, Ghesa turuti aja.

Sebenarnya tugas ini saya tulis berbulan-bulan lalu, tepatnya saya masih inget kok yaitu 11 Februari 2012 jam 8:48, sebenarnya ni tugas bhasa Indonesia disuruh buat majalah temanya valentin, aku yang disuruh buat cerpen, jadi saya nulis ini, tapi masih inget sekarang kalau ghesa pernah nulis cerpen itu, dari pada bingun ceritanya mending langsung dibaca aja, kalo males baca, .. download file docxnya dibawah: Maaf kalo templatenya putih doang, haha

DOWNLOAD 150 kB

Sial Apa Mujur


Kutendanglah kaleng itu kesana dan kemari, seperti halnya menggiring bola selihai Lionel Messi, namun bukan itu maksutku, jadi aku ingin menendang jauh kaleng tersebut, jauh kealam sana. Akhirnya dia mendarat jauh di sebuah pekarangan orang cina yang kaya itu. Terdengar suara orang sedang marah dari dalam, tak aku hirukan langsung saja aku lari, mungkin karena kaleng itu.

            “ Ma aku pulang.” Di bukanya pintu itu, lalu ibuku bertanya,” kamu kenapa keringatan begitu, tidak baik anak perempuan kalau berkeringat,” iya, soalnya tadi disekolah aku di pilih sebagai ketua panitia dalam lomba pentas seni, kan tidak enak kalau dipaksa begitu.” “loh kan itu anugerah buat kamu, bukannya kamu malah senang?” sahut ibuku. “senang bagaimana? Kan repot kalau begitu.” “tapi kan Rena” tak kuhirukan lagi kata-kata ibuku itu, langsung aku ganti pakaian. Setelah makan siang, aku pun lansung keluar rumah. “Ma, aku pergi dulu!”

            Uuh, kesal. Gumamku dalam hati. Kenapa hari ini aku sial sekali, tadi waktu rapat, sekarang ocehan ibuku. Uuh, pasti berlanjut hingga minggu depan, soalnya acara sudah dimulai. Aku mulai melanjutkan mencari ketenagan.

            Aku menyusuri jalan ini tepat didepan rumah orang cina tersebut terlihat sebuah kaleng, sudah pasti itu kaleng yang kutendang sekitar setengah jam yang lalu, untung saja kaleng ini selamat di situ, kemungkinan juga bisa masuk tempat sampah, bau kan? Kutendang saja lagi kaleng itu, aku jadi sadar kalau kaleng itu sial seperti aku, tapi walau pun ditendang sepertinya dia senag terhadapku.

            Terlihat seonggok mayat, bukan maksutku seseorang. Ah mungkin halusinasiku pada kaleng terbawa juga. Ternyata mayat itu Adi. “hai Rena, siang. Begini, aku ingin mendaftarkan diriku pada pentas seni itu, mari berteduh di pohon itu.” “tuh kan aku sial lagi.” Iya kenapa?” “oh tidak, tadi kamu mau bilang apa?” untung dia tidak dengar maksud kesialanku. “begini, aku ingin mendaftarkan diri sebagai penyair pada pensimu itu, kamu ketua ketuanya kan?” “iya betul, sampai panas-panas begini hanya mendaftar saja.” “boleh ya, pada sesi terakhir juga tidak apa-apa kok!” “iya-iya nanti di catat kalau aku pulang.” “makasih ya, temanku, aku pulang dulu menyiapkan bahan.” “iya-iya”

            Adi itu temanku, dulu waktu kelas 2 SMP dia sekelas sama aku, orangnya baik walau sedikit pendiam. Karena sifatnya itulah aku suka padanya. Dia ganteng tapi belum pernah berpacaran, seperti aku memang.Tapi aku gak mau dia tahu. Dan aku juga tidak bisa, sudah jelas sialku itu, bukankah?

Seminggu telah berlalu. Uuh akhirnya selesai juga, tinggal melihatpertunjukannya saja.

            Membosankan sekali, dari tadi Cuma band, solo, band, solo. Dan nyanyian MC itu terbawa juga. Aku hanya tertawa kecil, namun ketika dia membacakan bahwa sekarang adalah waktunya Adi dengan puisinya. Judulnya yaitu Sial memuji Mujur. Maaf kalau tidak kutulis disini karena panjang. Diakhir kata dia menyebut namaku,” Rena dirimu licik, selicik kalengmu itu, tapi aku tahu kalau aku menyukaimu.”

            Jreng …. Semua orang mulai memandangku, termasuk Adi sendiri. Dia mengeluarkan pendapat. disaat aku sial, namun dia berusaha untuk memuaskan- ku. Ternyata di belakang panggung dia menembakku. “aku tahu kamu sudah suka aku sejak setahun lalu, kita seperti halnya kamu dengan botol kaleng yang kamu tendang kemarin maka dari itu, maukah kamu menjadi pacarku Rena?” aku langsung tahu kalau puisinya di dapat dari aku dan kaleng itu. Tanpa pikir panjang aku menerima tawaran yang kutunggu sejak kelas 2. Setelah selesai acara aku mengajak Adi untuk pergi ke rumah orang Cina dekat rumah ku.

            Terlihat botol kaleng tergeletak di bawah pohon, ingin kubawa pulang dan kurawat. Tentu saja dengan ku tendang, hehe … “Ini kamu lagi aku tendang. Kamu ingat kan?” 

No comments:

Post a Comment

[Blog DoFollow]

Komentar ANONIM tanpa Captcha guys . . . ! , jadi TERIAKLAH SEKENCANG-KENCANGNYA . . . !!!