Sebenarnya tugas ini saya tulis berbulan-bulan lalu, tepatnya saya masih inget kok yaitu 11 Februari 2012 jam 8:48, sebenarnya ni tugas bhasa Indonesia disuruh buat majalah temanya valentin, aku yang disuruh buat cerpen, jadi saya nulis ini, tapi masih inget sekarang kalau ghesa pernah nulis cerpen itu, dari pada bingun ceritanya mending langsung dibaca aja, kalo males baca, .. download file docxnya dibawah: Maaf kalo templatenya putih doang, haha
DOWNLOAD 150 kB
Sial Apa Mujur
Kutendanglah kaleng itu kesana dan
kemari, seperti halnya menggiring bola selihai Lionel Messi, namun bukan itu
maksutku, jadi aku ingin menendang jauh kaleng tersebut, jauh kealam sana.
Akhirnya dia mendarat jauh di sebuah pekarangan orang cina yang kaya itu.
Terdengar suara orang sedang marah dari dalam, tak aku hirukan langsung saja
aku lari, mungkin karena kaleng itu.
“ Ma aku pulang.” Di bukanya pintu itu, lalu ibuku bertanya,” kamu kenapa
keringatan begitu, tidak baik anak perempuan kalau berkeringat,” iya, soalnya
tadi disekolah aku di pilih sebagai ketua panitia dalam lomba pentas seni, kan tidak enak kalau
dipaksa begitu.” “loh kan itu anugerah buat kamu, bukannya kamu malah senang?”
sahut ibuku. “senang bagaimana? Kan repot kalau begitu.” “tapi kan Rena” tak
kuhirukan lagi kata-kata ibuku itu, langsung aku ganti pakaian. Setelah makan
siang, aku pun lansung keluar rumah. “Ma, aku pergi dulu!”
Uuh, kesal. Gumamku dalam hati. Kenapa hari ini aku sial sekali, tadi waktu
rapat, sekarang ocehan ibuku. Uuh, pasti berlanjut hingga minggu depan, soalnya
acara sudah dimulai. Aku mulai melanjutkan mencari ketenagan.
Aku menyusuri jalan ini tepat didepan rumah orang cina tersebut terlihat sebuah
kaleng, sudah pasti itu kaleng yang kutendang sekitar setengah jam yang lalu,
untung saja kaleng ini selamat di situ, kemungkinan juga bisa masuk tempat
sampah, bau kan? Kutendang saja lagi kaleng itu, aku jadi sadar kalau kaleng
itu sial seperti aku, tapi walau pun ditendang sepertinya dia senag terhadapku.
Terlihat seonggok mayat, bukan maksutku seseorang. Ah mungkin halusinasiku pada
kaleng terbawa juga. Ternyata mayat itu Adi. “hai Rena, siang. Begini, aku
ingin mendaftarkan diriku pada pentas seni itu, mari berteduh di pohon itu.”
“tuh kan aku sial lagi.” Iya kenapa?” “oh tidak, tadi kamu mau bilang apa?”
untung dia tidak dengar maksud kesialanku. “begini, aku ingin mendaftarkan diri
sebagai penyair pada pensimu itu, kamu ketua ketuanya kan?” “iya betul, sampai
panas-panas begini hanya mendaftar saja.” “boleh ya, pada sesi terakhir juga
tidak apa-apa kok!” “iya-iya nanti di catat kalau aku pulang.” “makasih ya,
temanku, aku pulang dulu menyiapkan bahan.” “iya-iya”
Adi itu temanku, dulu waktu kelas 2 SMP dia sekelas sama aku, orangnya baik
walau sedikit pendiam. Karena sifatnya itulah aku suka padanya. Dia ganteng
tapi belum pernah berpacaran, seperti aku memang.Tapi aku gak mau dia tahu. Dan
aku juga tidak bisa, sudah jelas sialku itu, bukankah?
Seminggu telah berlalu. Uuh akhirnya selesai juga,
tinggal melihatpertunjukannya saja.
Membosankan sekali, dari tadi Cuma band, solo, band, solo. Dan nyanyian MC itu
terbawa juga. Aku hanya tertawa kecil, namun ketika dia membacakan bahwa
sekarang adalah waktunya Adi dengan puisinya. Judulnya yaitu Sial memuji Mujur. Maaf kalau
tidak kutulis disini karena panjang. Diakhir kata dia menyebut namaku,” Rena
dirimu licik, selicik kalengmu itu, tapi aku tahu kalau aku menyukaimu.”
Jreng …. Semua orang mulai memandangku, termasuk Adi sendiri. Dia mengeluarkan
pendapat. disaat aku sial, namun dia berusaha untuk memuaskan- ku. Ternyata di
belakang panggung dia menembakku. “aku tahu kamu sudah suka aku sejak setahun
lalu, kita seperti halnya kamu dengan botol kaleng yang kamu tendang kemarin
maka dari itu, maukah kamu menjadi pacarku Rena?” aku langsung tahu kalau
puisinya di dapat dari aku dan kaleng itu. Tanpa pikir panjang aku menerima
tawaran yang kutunggu sejak kelas 2. Setelah selesai acara aku mengajak Adi
untuk pergi ke rumah orang Cina dekat rumah ku.
Terlihat botol kaleng tergeletak di bawah pohon, ingin kubawa pulang dan
kurawat. Tentu saja dengan ku tendang, hehe … “Ini kamu lagi aku tendang. Kamu
ingat kan?”
No comments:
Post a Comment